Workshop Asik Cara Membuat Video dengan Smartphone di Hotel Allium
Author: admin
Bisa jago membuat video dari smartphone? Hmm siapa sih yang tidak kepengen. Apalagi di jaman sekarang, dimana banyak penghuni bumi bulat ini serba social media dan digital minded.
Berkat jejaring Facebook, kesempatan untuk belajar membuat video ini saya dapatkan bahkan tanpa harus membayar alias GRATIS! Lucky banget kan. Ya iyalah, hari gini dapat ilmu yang manfaat banget dari praktisi, rugi kalau disia-siakan. Jadi ceritanya, nama saya berhasil masuk dalam daftar blogger yang terpilih oleh mas Teguh Sudarisman untuk mengikuti acara Workshop Smartphone Videography yang disponsori oleh Hotel Allium Tangerang dan majalah TravelXpose. Mas Teguh Sudarisman adalah pengisi materi workshop tersebut, acara ini pun saya ketahui dari linimasa Facebook-nya. Mas Teguh rutin membuat acara serupa, kadang berbayar dan kadang gratis (jika ada sponsor tentunya …hehe).
Hotel Allium Tangerang tempat berlangsungnya workshop terletak cukup strategis bagi kota Tangerang, sekitar 37 menit dengan mobil dari Bandara Udara Soekarno-Hatta. Berlokasi dekat dengan stasiun Batu Ceper, dari stasiun kemudian menyebrang ke arah terminal bis Poris Plawad dan dilanjutkan jalan kaki 15 menit atau naik angkutan umum hanya 5 menit. Karena saya dari Depok, rute transportasi praktis saya adalah naik kereta commuter KRL dari stasiun UI Depok arah Jatinegara/Tanah Abang dan turun di stasiun Duri, kemudian dilanjutkan ke arah stasiun Tangerang.
Bahan materi syuting video kami tentu saja area Hotel Allium Tangerang itu sendiri. Ruangan utama yang kami eksplor diantaranya adalah: ruang lobby – area kolam renang – kamar tidur tamu ensuite – area Paris-Lyon cafe dan restoran.
Selama melakukan tur hotel kemarin, banyak hal-hal berkesan dari Hotel Allium yang saya dapatkan.
Hotel Allium Tangerang memiliki arsitektur yang menarik dan unik, seperti mendatangi surprising place di suatu ujung tempat jauh dari ibukota Jakarta. Tapi bahkan sepertinya lobby bentuk kubah unik Allium ini pun akan jarang ditemukan di hotel-hotel di Jakarta. Desain interior lobby Hotel Allium menurut saya memang merupakan ikon daya tarik bagi para tamu dari Hotel Allium.
Gugusan puluhan celah-celah mungil serupa lubang-lubang angin kaca berbentuk kotak persegi panjang terbalik terdesain apik di hampir seluruh permukaan tembok utama area lobby. Dan jika mengalihkan pandangan mata ke atas, desain kelopak bunga-bunga raksasa pun tak kalah cantik tergantung menghiasi langit-langit area bangunan lobby. Berdasar informasi dari korantangsel.com, desain hotel Allium ini ditangani oleh Urbane Indonesia, yang salah satu pendiri dari firma konsultasi arsitektur ini adalah Bapak Walikota Bandung Ridwan Kamil. http://www.urbane.co.id/project/allium-hotel/
Hall area restoran mereka bagi menjadi tiga ruangan tanpa sekat, yaitu area kafe dengan meja penyajian ala bartender, restoran prasmanan, dan area meja makan outdoor yang saya perkirakan disediakan bagi yang ingin merokok (mungkin yah).
Area meja prasmanan dibuat menarik dan catchy dengan papan hitam bertuliskan menu restoran berwarna cat putih.
Di area ini juga terdapat area band bermusik lengkap dengan piano dan drum yang mungkin kadang diselenggarakan mini live musik untuk menghibur para tamu restoran. Makan siang yang dihidangkan juga enak, salah satunya dengan sup daging sapi segar serta beragam dessert. Sementara, kolam renang terdapat di bagian samping hotel dengan dua pool area berbeda. Dan satu lagi, mushola yang dimiliki hotel ini terbilang cukup luas dan bersih.
By the way, sebelumnya saya juga akan sedikit bercerita opini saya akan si Mas Teguh, pengisi workshop how to create travel story with smartphone kemarin.
Ia adalah seorang travel writer dan Editor in Chief di majalah Kalstar inflight magazine dan TGIF! Magazine. Selain telah menerbitkan buku, beliau banyak menulis artikel tempat wisata dan ulasan penginapan di destinasi wisata. Contoh artikel tulisannya yang kerap saya lihat adalah artikel wisata Indonesia (ya karena saya baru tau belum lama ini tentangnya, karena baru menjadi teman Facebook-nya dalam kurun waktu setahun ini kira-kira).
Artikel yang diulasnya cukup sering dimuat di majalah in-flight alias majalah yang biasa kita baca di dalam pesawat, seperti Lionmag milik maskapai Lion Air.
Yang jelas, pastinya bukan hal mudah untuk bisa menembus menjadi kontributor majalah maskapai besar. Salah satu hal lain yang membuat saya penasaran datang ke workshop videography ini adalah sebenarnya saya ingin bertemu langsung dengan penulis yang linimasa-nya sering wara-wiri di feed Facebook saya ini. Ternyata orangnya ramah dan lumayan humoris.
Yang saya cukup kagumi dari-nya adalah ia bisa mengulas artikel tentang Gunung Batok di area Bromo yang sebenarnya kalau secara kasat mata wisata simple dengan view sederhana (kalau menurut saya), tapi bisa diolah menjadi artikel cerita yang menarik para pembacanya dan dimuat di Lionmag.
Ada sedikit cerita juga mengapa saya senang sekali bisa mengikuti workshop ini. Pengalaman saya di tahun 2016 lalu, sebelum travelling ke Jepang, saya pernah sengaja browsing sendiri tentang bagaimana membuat dan mengedit video di desktop alias di laptop/PC. Ya karena saat itu smartphone saya masih ala kadarnya banget. Jadi saat itu device atau gadget video saya adalah dengan kamera digital Nikon CoolPix L840, jadi saat itu saya berpikir kalau saya perlu belajar software edit video di laptop dan berencana akan banyak ambil shoot video saat di destinasi. Sebagai tambahan, di Nikon sendiri sebenarnya juga sudah ada fitur untuk short video lengkap dengan pilihan background musik, tapi terbatas hanya untuk beberapa scene saja. Namun pada kenyataanya, karena merekam di kamera ternyata cukup banyak memakan kapasitas data (kurang persiapan SD card juga saya-nya), ya saya urungkan untuk banyak mensyut video di Jepang, hanya sesekali saja apa adanya saat di tempat wisata.
Tapi ternyata, browsing sendiri dan scratch from scrap alias belajar dari awal by yourself untuk bikin video ini cukup memusingkan dan makan waktu banget bahkan untuk sekedar mencari tau tips & trik saat syuting (sok sibuk waktu terbatas karena sisa waktu yang sudah mepet dengan tanggal kepergian). Dan lucunya, hasil syut dari kamera Nikon saya itu pun, saat tiba di Indonesia saya pun lebih memilih untuk kembali mentransfer data video dari kamera ke hape smartphone lagi, untuk kemudian saya edit dengan aplikasi Viva Video berbayar yang terpasang selamanya di akun Google Play kita (karena jauh lebih murah dibanding beli instalan software video Filmora atau Movavi di desktop PC). Tuh..powerfull dan praktis banget kan ya dunia aplikasi smartphone saat ini. Tapi, mengedit dengan Viva Video menurut saya kurang banyak fiturnya dan karena saya belajar sendiri-nya terlalu instant, seringnya masih kebanyakan bingungnya saat itu. Haha
Back to the topic… Nah..di Workshop bersama mas Teguh ini, saya dan teman-teman peserta workshop lainnya banyak mendapat tips dan trik cara mensyut, mengedit dan membuat video yang bagus dengan aplikasi andalan si pemateri (dan memang andalan sih), yaitu “Power Director!”
Pagi itu, setelah kami mendapat penjelasan dari presentasi mas Teguh tentang making story dengan video smartphone ini, acara kami selanjutnya adalah tur berkeliling area hotel untuk mempraktekkan ilmu yang kami dapat. Contoh video yang saya buat dengan waktu terbatas ala-ala ujian seperti terlihat di bawah. Maaf masih amatiran banget. Hehe
https://www.instagram.com/p/BRNYqezDuB9/?taken-by=ilgoinsta
Berikut adalah rangkuman materi dan hal-hal penting yang perlu dipersiapkan untuk cara membuat video dari smartphone.
- ASK YOUR SELF: APAKAH SAYA MEMANG PERLU BELAJAR MEMBUAT DAN MENGEDIT VIDEO?
- Menyiapkan hardware atau alat-alat untuk syuting maupun editing video
- Smartphone (Android, iOS, WindowsPhone, Blackberry) atau kamera saku.
- Monopod atau tongsis dengan remote bluetooth (tomsis) dan Tripod (contoh di instagram banyak yang jual 1 set Yunteng type 1888, harga Rp 120-150rb) — berfungsi agar area syuting lebih luas dan sedikit lebih stabil jika dibandingkan dengan tidak memakai monopod.
- Remote control/tomsis — berfungsi agar lebih praktis dan mudah dalam memencet shutter foto.
- Microphone tambahan, harga promo start Rp 50rb — berfungsi agar suara yang masuk ke video lebih jernih.
- Steady Cam atau stabilizer kamera (contoh: Gimbal Stabilizer merk Zhiyun Z1 Evolution 3 axis di harga Rp 3.5-Rp 5.5jt atau Evo Rage Gimbals harga di kisaran Rp6.5jt. Yang merk Zhiyun juga pernah lihat di market place di Rp 2.2an, tapi entah asli atau bagus tidaknya. Steady cam ini boleh di-skip dulu sementara menabung, cukup pakai monopod untuk yang beginner sudah lumayan. Kecuali jika memang menjadikan video sebagai basic pekerjaannya, maka worthed penting untuk beli ini agar hasil syuting sangat stabil dan tidak goyang-goyang.
- Menyiapkan software atau perangkat lunak aplikasi untuk syuting maupun edit video
Saya pribadi untuk syuting video cukup memakai fitur fungsi kamera video yang ada di smartphone, jadi tidak install apa-apa lagi. Sedangkan untuk editing video yang rekomen dan cukup lengkap adalah Power Director. Versi gratisnya mudah diunggah di Play Store android. Atau jika kamu tidak ingin ada watermark ‘Power Director’ dan bisa mendapat fitur yang lebih lengkap, maka menyisihkan uang Rp 80,000 juga sangat worthed untuk aplikasi ini yang akan terpasang di akun google play kita selamanya. Bagaimana cara membayar aplikasi Google Play Power Director versi berbayar ini? Jika punya kartu kredit bisa tinggal masukkan data nomor kartu kamu atau kabar yang saya dapat dari teman peserta workshop kemarin kita bisa juga membeli voucher Google Play secara tunai di minimarket Indomart dll.
Referensi lain aplikasi (info dari mas Teguh)
- Syuting video:
Android: App kamera bawaan, Cinema FV-5, Lapse It (time-lapse video)
iOS: App kamera bawaan (bisa time-lapse video), Pause Video (bisa Play-Pause-Stop)
- Editing video:
Android: Power Director, Filmora Go, Viva Movie, Magisto
iOS: iMovie, Splice
- Editing foto:
Android & iOS: Snapseed (kalau saya lebih suka Photo Editor sih)
- Software editing video versi desktop:
Windows: Filmora, Movavi, Power Director, Adobe Premiere Pro, Sony Vegas
Mac: iMovie, Final Cut Pro
- Mempelajari cara kerja hardware dan software yang kita miliki.
Untuk aplikasi Power Director, begini tampilannya di Google Play smartphone kita.
Fitur-fitur yang terdapat di aplikasi ini yang berguna seperti : penggabungan atau compiling shoots video kita – drag off atau delete trimming shoot video dengan mudah – menambahkan lagu atau background musik – menambahkan suara sendiri – efek transisi – judul tittle & credit ending video dll.
- Mempelajari konsep dan teknik syuting
Menurut penelitian Hub Spot, Rata-rata rentang perhatian manusia hanya 8,25 detik.
Durasi video yang ideal, jika 1 menit terlalu singkat, maka 5 menit terlalu lama. Yang ideal adalah 2-3 menit. Dimana bisa diperkirakan misal 1 shot 5 detik -> 3 menit video = 12 shot/menit x 3 menit = 36 shot
- Merencanakan liputan
- Melakukan syuting.
Tips:
- Setting resolusi video. Full-HD (1920×1080 piksel) paling baik ditonton di High Definition TV, sedangkan HD (1280×720 piksel) paling bagus untuk ditonton di layar komputer atau mobile device. Sebaiknya upload yang full-resolution. Perkecil ukuran file dengan aplikasi HandBrake (handbrake.fr)
- Merekam sangat disarankan untuk stand still (kegunaan monopod/tripod/stabilizer), objek yang bergerak secara natural umumnya akan lebih menarik disbanding kita yang bergerak-bergerak tapi malah jadi goyang/tidak stabil.- makanya gunakan tripod
- Merekam dengan posisi layar kamera landscape (mendatar) bukan portrait (vertikal)
- Syut sesuai urutan waktu lebih baik, tapi jika tidak maka dalam proses editing bisa dengan mudah dipindah-pindah jadi tidak masalah.
- Melakukan editing
# Hasil format klip video yang kita produksi:
- MP4 – dari smartphone Android – paling bagus buat Youtube.
- Video yang dihasilkan dari Export hasil editing di software bisa menyesuaikan apakah mau MOV, MP4, atau AVI
# Editing (dengan smartphone atau laptop)
Agar lebih mudah mencari, buat satu folder khusus untuk video yang akan diedit
- Copy file-file klip video hasil syut ke subfolder Video
- Copy musik latar ke subfolder Music — memilih musik yang cocok kadang memerlukan waktu yang lama. Menyiapkan database latar musik bisa dari : Bensound.com, FreeMusicArchive.org, JoshWoodward.com, FreeSoundtrackMusic.com, Incompetech.com
- Copy rekaman narasi suara ke subfolder Voice Recorder (kalau dengan smartphone dapat langsung, eh ini saya perlu cek ulang, karena pas workshop tidak mencoba fitur ini).
- Copy foto-foto ke subfolder Pics (jika membutuhkan foto)
- Lakukan import semua file tersebut dengan aplikasi editing video (jika dengan laptop saja)
- Memulai proses editing
- Save project video yang sudah selesai – agar nanti bisa diedit ulang jika perlu
- Export project video tersebut ke format yang sesuai untuk diupload (misal .MOV untuk upload ke Youtube)
- VOILA! Upload ke Youtube (dengan akun Gmail, Monetize untuk mengijinkan Youtube pasang iklan di video tersebut) dan atau channel video lain seperti Net Tv Citizen Journalism (http://netcj.co.id) jika mau berkesempatan mendapatkan penghasilan tambahan bagi video terpilih yang ditayangkan di net TV.
- VOILA! Sharing dan promosi video kamu dengan meng-copy link URL di Youtube atau di media social kamu seperti instagram video untuk diposting di blog atau sosmed kamu yang lainnya.
Riwayat perkembangan video dalam dunia digital dan sosmed hingga tahun 2017 ini (credit materi presentasi : Teguh S):
- Perkembangan Video, di Amerika Serikat saja, pada tahun 2012-2014 penonton video dari perangkat mobile meningkat 400%, dan pada tahun 2016 pengguna perangkat mobile menonton video lebih dari 40 menit per hari. Diperkirakan oleh Cisco pada tahun 2018 akan terdapat 69% trafik internet dan pada tahun 2019 sejumlah 80% trafik internet yang beredar dalam bentuk video.
- Situs Youtube saat ini memiliki > 4 miliar video view per hari, jadi setiap menit, 48 jam video diunggah ke Youtube. Menjadikannya website ketiga yang terbanyak dikunjungi setelah Google dan Facebook
- Penggunaan video untuk menjual produk makin meningkat. 4% orang belajar produk dari membaca manualnya; 5% dengan bertanya ke penjual; 44% lebih suka menonton video tutorialnya!
- Generasi Z (13-24 tahun) sangat menggilai apps dan visual content (video). Itu sebabnya IG dan Snapchat populer di kalangan generasi ini. Snapchat ~ 10 miliar video view/hari
- Cara paling menarik untuk mempromosikan produk, jasa, pengalaman jalan-jalan, dll
- Sangat mudah membagikan video melalui berbagai platform social media: Youtube, Instagram, Twitter, Facebook, Snapchat
- Video sangat meningkatkan conversion rates di website eCommerce karena pengunjung lebih merasakan personalitas produk/jasa itu.
- Dengan adanya video di blog, jumlah pengunjung meningkat hingga 3x lipat dan durasi visit juga menjadi lebih lama.
Jadi, belajar membuat sendiri video dari gadget paling dekat dengan kehidupan kita sehari-hari yaitu smartphone sudah jelas bisa menambah wawasan dan skill yang berguna banget. Apalagi yang memiliki hobi travelling alias jalan-jalan. Di saat posting foto sudah terlalu biasa dan jika terlalu banyak foto yang harus diunggah untuk menceritakan pengalaman selama travelling, maka membuat video yang lebih bisa memuat banyak gambar dan cerita, tentu menjadi hal yang sangat menarik bagi si traveler itu sendiri. Terlebih jika hasil videonya di-posting sebagai pelengkap ulasan di blog, durasi blog visitor akan semakin lama.
Selamat mencoba ya!
Note:
Lokasi Allium Tangerang
Jalan Benteng Betawi No. 88
Tangerang 15148, Indonesia
Tel: +62 21 2920 5555
Fax: +62 21 2920 3333
Email: contact@alliumairport.com
www.alliumtangerang.samalihotels.com
*Written by : ulfa ilgotrip
wah, aku blm pernah ketemu mas Teguh nih 🙂 Tempat workshopnya kerennn yaaa, ternyata ada campur tgn Pak Ridwan Kamil, keren! Btw, ilmunya lengkap bisa jd referensi buat bljr videography, kebetulan baru mulai banget, hehe
Makasih mba Prita sudah mampir di sini. Iya mba, pasti nagih deh pengen bikin video mulu stlh pulang trip 😉